Translate

Selasa, 26 Maret 2013

emosi

Fisiologis Emosi

Hidup tanpa emosi akan terasa membosankan. Pernahkah Anda membayangkan jika dalam kehidupan tidak ada kebahagiaan, kesedihan, kemarahan, harapan, kebencian, kecemburuan, maka segala sesuatu dalam hidup akan tampak datar dan terasa hambar. Tidak akan ada banyak variasi gerakan, dan kita pun akan mendapat kesulitan menginterpretasikan perilaku orang lain. Tentu saja hal itu akan membawa akibat terhadap interaksi sosial. Untung saja manusia mempunyai keadaan emosi dan berusaha mempertahankan keadaan yang menyenangkan serta menghindari atau menghentikan keadaan yang tidak menyenangkan. Keadaan emosi itu kemudian muncul dalam bentuk perilaku yang kemudian dapat diamati oleh orang lain.
Dalam konteks psikologi, kita perlu membedakan feeling (perasaan) dari emosi yang dalam penggunaan bahasa sehari-hari sering dicampuradukkan. Keadaan yang menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan yang sering mengiringi banyak kegiatan kita adalah keadaan perasaan yang ringan. Misalnya minum es jus di hari yang panas sangat menyenangkan, sebaliknya menunggu pesanan makanan selama 1 jam atau lebih merupakan hal yang tidak menyenangkan. Hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang kita bicarakan ini kita sebut warna afek. Keadaan afektif yang ringan disebut feelings (perasaan). Istilah emosi sendiri menunjukkan keadaan terangsang dan lebih jelas, luas, seperti misalnya kata-kata kesedihan, kemarahan, teror.
Menurut, Kamus Behavioral Science feelings diartikan sebagai: 1) penjelasan subjektif tentang kesadaran akan keadaan-keadaan tubuh (neural) yang tidak tergantung dari kejadian-kejadian dalam leingkungan individu; 2) tactile sensation; 3) menyadari sesuatu, misalnya perasaan bahwa kita diterima lingkungan; 4) emosi, misalnya bahagia, sedih, marah dan sebagainya. Emosi diartikan sebagai suatu reaksi yang kompleks yang terdiri dari perubahan fisiologis dari keadaan seimbang yang secara subyektif dialami sebagai feeling dan dimanifestasikan dalam perubahan-perubahan tubuh dan dapat dinyatakan dalam tindakan overt.
Kebanyakan psikolog mengelompokkan emosi ke dalam keadaan yang menyenangkan (pleasant) dan yang tidak menyenangkan (unpleasant). Keadaan yang menyenangkan, misalnya kebahagiaan, cinta, kegembiraan dan keadaan yang tidak menyenangkan seperti kesedihan, kemarahan. Klasifikasi ini cenderung mengatakan pentingnya kesenangan dan ketidaksenangan, penerimaan dan penolakan, pendekatan dan penghindaran sebagai dasar emosi. Selain klasifikasi keadaan menyenangkan dan tidak menyenangkan, ada juga istilah emosional yang menyatakan intensitas pengalaman. Perbedaan dalam intensitas ditunjukkan oleh kata-kata yang berpasangan seperti : anger-range, fear-horror, pain-agony, sadness-grief.
Pada saat kita berada dalam keadaan emosi maka akan terjadi perubahan pada tubuh/fisiologis. Indikatornya antara lain:
  1. Galvanic Skin Response.
Pada waktu emosi terangsang, ada perubahan listrik pada kulit yang dapat dilihat. Elektrode ditempelkan pada kulit (misal telapak tangan) yang dihubungkan dengan galvanometer. GSR ini merupakan indikator peka dari perubahan dalam keadaan emosional.
  1. Peredaran Darah
Terjadi perubahan tekanan darah dan perubahan dalam distribusi darah pada saat emosi. Misalnya : muka merah karena marah. Terjadi perubahan karena pembuluh darah di  kulit membesar dan ditemukan lebih banyak darah di permukaan kulit. Sebaliknya terjadi pada waktu seorang berada dalam kondisi ketakutan.
  1. Denyut Jantung
  2. Nafas
  3. Respon pupil mata. Pupil membesar dalam keadaan marah atau sakit atau dalam keadaan emosional secara umum.
  4. Sekresi air liur muncul pada waktu perangsangan emosional, misalnya.
  5. Respon pilomotor, merupakan nama teknis untuk goose pimples yang muncul bila bulu berdiri dalam keadaan takut.
  6. Gerakan usus. Misalnya rangsangan emosional dapat mengakibatkan mual atau diare.
  7. Ketegangan otot dan tremor.
  8. Komposisi darah, berhubungan dengan kelenjar-kelenjar endokrin yang aktif selama keadaan emosional dan memasukkan hormon-hormon dalam aliran darah. Analisa kimia mengungkapkan ada perubahan dalam komposisi darah, misalnya perubahan dalam gula darah, dan sebagainya.
Sepuluh indikator di atas menunjukkan betapa luas dan besarnya pengaruh terhadap tubuh dari rangsangan secara emosional.

Mekanisme fisiologis dalam emosi.
Perubahan-perubahan pada tubuh yang terjadi selama emosi saling berhubungan yang dipengaruhi susunan saraf dan kelenjar endokrin. WB Cannon, Woodworth & Schlossberg, menyatakan bahwa ada kelompok besar sinaps yang menonjol dalam keadaan marah menyiapkan organisme untuk menghadapi keadaan-keadaan gawat dan mempertahankannya terhadap penyerangan dan luka.
Suatu contoh yang sederhana menggambarkan apa yang terjadi selama emosi ketika seekor kucing yang sedang makan dengan tenang, tiba-tiba didatangi anjing yang menyalak. Kita dapat melihat adanya perubahan fisiologis yang terjadi, yaitu : 1) gerakan pencernaan dalam lambung berhenti; 2) naiknya tekanan darah; 3) meningginya detak jantung; 4) adrenalin masuk aliran darah. Masing-masing reaksi itu diatur bagian simpatetik dari susunan saraf otonom. Akibat dari pengeluaran adrenalin adalah: 1) meningginya tekanan darah; 2) menaikkan gula dalam darah sehingga memungkinkan beraksi; 3) pembekuan darah lebih cepat terjadi. Akhirnya terlihat kucing itu menaikkan punggung dan berdesis, bulu berdiri dan siap tempur. Tambahan gula dalam darah memberinya kekuatan dan menambah ketahanan. Jika luka, darah akan membeku lebih cepat. Jika kucing digigit, kemungkinan anjing hanya mendapat bulu saja.
Cannon menyebut respons fisik yang menyiapkan organisme untuk beraksi sebagai emergency reactions. Karena itu ia mengartikan perangsangan emosional yang kuat sebagai metoda untuk mempersiapkan organisme menghadapi situasi gawat. Kebanyakan reaksi yang disebutkan tadi juga ada pada manusia.
Divisi simpatetik dan para simpatetik sering mempunyai hubungan saraf ke organ yang sama tapi memberi pengaruh yang bertentangan. Perangsangan terhadap sistem simpatetik mempercepat detak jantung. Perangsangan terhadap sistem para simpatetik memperlambat detak jantung. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem simpatetik aktif dalam keadaan emosional. Kesimpulan ini ada benarnya, misalnya rasa enak dan aroma enak merangsang sekresi lambung yang berada di bawah kendali para-simpatetik. Tetapi sistem para-simpatetik juga berperan dalam keadaan-keadaan yang tidak menyenangkan maupun keadaan terangsang.
Susunan saraf pusat juga aktif dalam emosi. Karena adanya kendali atas otot-otot wajah maka dapat terjadi kerut-kerut di wajah seperti frowning & grimacing, gemetar, ketegangan otot, dan sebagainya. Jadi susunan saraf pusat dan sistem otonomi bekerja sama dalam pernyataan emosional seperti tertawa, menangis, perangsangan seksual. Air mata pada waktu menangis dan tertawa dikontrol sistem otonomi dan otot-otot wajah serta suara dikendalikan susunan saraf pusat sedangkan perubahan dalam pernafasan dikendalikan kedua sistem.
Differensiasi emosi
Pernyataan emosi berkembang melalui maturation (kematangan) dan proses belajar. Kebanyakan ahli menyetujui bahwa bayi yang baru lahir hanya memperlihatkan satu pola yaitu excitement. Selain itu mungkin hanya diam, mungkin bukan suatu keadaan emosional. Keadaan excitement yaitu menangis, menggeliat, memukul-mukul, tampak sebagai keadaan emosional yang tidak menyenangkan. Kemudian keadaan yang disebut primitif berkembang menjadi delight merupakan kualitas-kualitas positif yang tidak ada sebelumnya. Maka sekitar usia 5 bulan berkembang lagi pernyataan emosi yang lainnya yaitu anger, disgust, yang dapat dibedakan dari delight dan distress. Pada usia 7 bulan dapat ditemukan pernyataan fear dan antara 10-12 bulan dapat dibedakan elation dan affection dari delight.     Dari pembahasan itu dapat disimpulkan bahwa perkembangan pernyataan emosi selama tahun pertama sebagian disebabkan maturasi. Dengan bertambahnya usia anak maka bertambah pula pernyataan-pernyataan emosi.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa diferensiasi pernyataan emosi merupakan hasil belajar. Contoh dari penelitian Goodenough (Woodworth & Schlossberg, 1961) terhadap anak 10 tahun yang tuna rungu dan tuna netra sejak lahir, sehingga proses belajar dari orang lain sangat dibatasi. Anak ini hampir tidak mempunyai kesempatan untuk mengamati pernyataan emosi anak lain karena pengenalan lingkungan hanya dilakukan melalui sentuh dan raba.
Namun demikian dalam kondisi-kondisi yang cenderung memunculkan ketakutan, marah atau kegembiraan, maka pernyataan wajah dalam hal menangis atau tertawa serta sikap tubuh dan gestik sesuai dengan deskripsi klasik perilaku emosional. Dengan demikian kita lihat bahwa bentuk-bentuk khas dari emosi maupun banyak gerakan yang menunjukkan emosi berkembang melalui maturasi.
Belajar menyatakan emosi
Manusia diharapkan dapat menyatakan emosi dengan memperdulikan lingkungan. Ini dipelajari sejak kecil dalam lingkungan keluarga. Kita dapat mentolerir seorang anak usia 5 tahun yang menangis tersedu-sedu karena keinginan minum es tidak terpenuhi oleh ibunya, tapi apakah kita dapat mentolerir orang dewasa yang menangis tersedu-sedu karena keinginan tidak terpenuhi? Masyarakat menetapkan dan menuntut bagaimana seseorang menyatakan diri. Bagaimana orang menyatakan diri didapatkan melalui belajar, belajar melalui pengalaman, modeling, pengalaman orang lain. Contoh, anak yang berguling-guling di lantai dan menangis berteriak akan diberitahu ibu bahwa perilaku ini tidak pantas dilakukan. Ibu pun berusaha untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan melalui berbagai cara. Bukan hanya ibu dan ayah serta keluarga lainnya yang berperan mengajarkan anak bagaimana ia menyatakan emosi tetapi juga lingkungan sekolahnya, dan kemudian lingkungan lainnya dimana si anak bergerak. Anak pun belajar mengenali tanda-tanda emosi yang digunakan orang-orang dalam lingkungannya. Jadi budaya mengajarkan bentuk-bentuk menyatakan emosi yang dapat dikenali oleh orang lain dari budaya yang sama.
Perilaku emosional muncul dalam situasi yang merangsang emosi. Misalnya, kita takut, khawatir. Kita memang tidak perlu belajar untuk takut, tapi belajar apa yang harus ditakutkan. Kita menangis dan ini tidak dipelajari tapi kapan dan dimana menangis bisa ditolerir, harus dipelajari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar